.

hate me, im perfect

Kamis, 28 Februari 2013

I'll Tell The Truth Now


Kalian janji tidak akan menceritakan hal ini dengan orang lain setelah membacanya, jika iya silakan dibaca secara seksama, walaupun tulisan ini tidak terstruktur secara rapi.
Aku tidak tahu harus memulainya darimana, tapi yang jelas setiap membicarakan hal ini sama saja dengan membuka luka lama yang telah kututupi rapat, kenangan suram yang sangat ingin ku lupakan, kenangan kelam yang mengubahku menjadi tertutup.
aku takut dengan keramaian, menjadi enggan untuk bertutur sapa dengan orang-orang yang ada disekitarku saat itu. aku tiba-tiba menjadi pemarah dan tempramen terlebih setiap ada yang menanyakan atau mengungkit kejadian ini.
Aku telah berubah karena perbuatanku sendiri, aku meninggalkan teman dan sahabatku. aku takut untuk bertemu dengan mereka lagi, aku takut setiap melihat mereka tiba-tiba kenangan itu muncul tiba-tiba. aku takut mereka menanyakannya lagi. Ini perbuatanku yang sangat ku sesali.
Pagi itu aku awali hari dengan berolahraga bersama kawan-kawan, canda tawa sentak keluar menjadi keceriaan, tapi keceriaan itu tiba-tiba berubah sampainya aku dirumah. Perlu aku ceritakan kalau aku sangat benci dengan suasana rumah saat itu, akupun sering bermalam dirumah teman karena keadaan dikeluargaku saat itu. Kakakku menghilang karena "hipnotis" seorang lelaki, sehingga dia tidak pulang berhari-hari, keluargaku saat itu berada dititik paling bawah dan hidupku juga kawan...
pertengkaran antara orangtuaku hampir setiap hari bisa kutemui, aku tak terurus, karena perhatian orangtuaku fokus kepada kakakku yang kebingungan "mencari jalan pulang kerumahnya". barang-barang dirumahku satu persatu dijual untuk mencukupi kehidupan keluargaku. sekali lagi aku hancur kawan belum lagi desakan dari pihak sekolah yang terus mengejarku untuk membayar iuran sekolah (spp) karena telah berbulan-bulan aku menunggaknya. kata mereka (oknum guru yang mendesakku) sekolah itu sudah RSBI (kalian tahu sendiri sekarang RSBI sudah menjadi fosil, dan aku sangat mendukung keputusan MK untuk menghapus RSBI karena aku salah satu korban dari pengkotak-kotakan pendidikan itu) jadi tidak ada tempat untuk siswa yang menunggak spp lama karena biaya operasional sekolah sangat tinggi (itu sama saja mereka mengatakan jika siswa miskin dilarang sekolah disekolah tersebut), sempat ada ancaman juga aku akan dikeluarkan dari sekolah. aku tidak mau itu terjadi maka sepulangnya dari berolahraga pada pagi itu aku meminta dan menyampaikan pesan dari sekolah ke ayahku, apa yang ku dapatkan dari ayahku hanya cacian. aku mencoba kuat....karena aku mengerti karena keadaan ekonom dalam keluargaku saat itu. tapi hari semakin siang, semakin takut aku untuk kesekolah....(waktu itu aku baru kelas X awal semester jadi masih takut dengan guru serta pegawai sekolah) aku terbayang-bayang masalah dikeluargaku, aku tertindih masalah yang sedang kuhadapi, nafasku sesak....air mata tiba-tiba keluar, aku mengunci kamarku, aku menggigit bantal tidurku, kemudian aku lihat dipojok kamarku ada pemutih pakaian (aku tidak tahu siapa yang menaruhnya disana) ini alasannya aku benci dan menyimpan dendam yang mendalam dengan sekolah itu, aku tidak bangga diluluskan disana. jika kalian bertanya apa rasa dari pemutih pakaian aku bisa menjelaskan rasanya karena aku terbukti dirumah sakit telah menelan setengah botol cairan pemutih itu. Aku lupa, pikiranku tidak berjalan, sekali lagi aku semakin hancur dan jatuh ke lubang nadir yang paling dalam. Menurut penuturan dari pamanku, aku tidak sadarkan diri selama 1 jam, banyak yang mengira aku mati waktu itu. Aku tersadar disebuah ruangan bertemok putih dengan orang-orang yang berseragam putih memasukkan selang kedalam hidungku, sentak aku menangis menahan sakit, saat itu juga aku dengar tangisan dari ibu, nenek, dan keluarga lainnya. aku semakin merasa berdosa, aku semakin bertanya kenapa aku melakukan hal itu. dalam ruangan itu aku mencium bau cairan yang dikeluarkan dari dalam tubuhku. sayu-sayu mataku menatap wajah-wajah yang menyelamatkanku, ada yang menyuntikku, menekan dadaku, memasukkan selang ada yang membuka sepatuku (karena waktu itu aku menggunakan seragam sekolah lengkap dengan sepatu). aku belum sadar betul dengan keadaanku, mataku masih samar melihat cahaya, kemudian bunyi roda membawaku kedalam sebuah ruangan perawatan, aku tersadar tiba-tiba saja aku melihat banyak wajah itu adalah teman-temanku, mereka menatapku entah mereka prihatin apa menertawakanku dalam pikiran mereka, inilah yang terus menghantuiku. aku takut bertemu mereka lagi, walaupun bertemu itupun pasti tidak begitu lama.
ini telah mengubahku menjadi pribadi yang tertutup, setiap orang yang datang enggan ku sapa aku menutup wajahku karena malu akan perbuatanku. seorang guru yang mengerti aku (kebetulan beliau seorang psikolog) mendorongku untuk bicara dan melupakan apa yang sudah terjadi. tetap saja aku diam.
beberapa hari dirawat dirumah sakit karena hal yang begitu bodoh membuatku semakin hancur. aku tidak kuat dengan hal ini. ini pertama kalinya aku dirawat dirumah sakit dan semoga itu yang terakhir. apalagi kejadian ini sampai termuat dalam suratkabar (maaf untk seseorang, aku berbohong pernah mengatakan jika aku pernah dirawat dirumah sakit karena penyakit pernafasan). Ada hal lain yang membuatku sedih, karena aku sangat berharap saat itu mungkin dengan hal ini kakakku yang tidak pernah pulang bisa menjengukku dirumah sakit yang otomatis bisa berkumpul lagi dengan keluargaku, tapi harapanku tidak menjadi kenyataan, kakakku sama sekali tidak datang.
Jadi disini juga ingin ku katakan jika kabar yang mengatakan aku melakukan hal bodoh itu karena masalah perempuan, salah besar.
Trauma yang begitu mendalam kualami saat itu. aku trauma dengan rumahsakit, aku trauma dengan kamarku sendiri, aku trauma dengan bau pemutih pakaian, aku trauma mendengar kata spp, aku trauma dengan sekolahku, trauma dengan banyak orang, aku menjadi emosional, aku merasakan diriku berubah saat itu dan sampai saat ini aku tidak bisa mengontrol emosiku apalagi yang berkaitan dengan hal itu. beberapa minggu aku sempat untuk tidak sekolah karena trauma, tapi desakan dan semangat dari teman aku membranikan diri untuk sekolah. aku mendapatkan sambutan hangat dari teman-teman, tapi sejak itu pula aku menjauhkan diri dari mereka, aku jarang untuk keluar rumah, aku jarang berinteraksi disekolah dengan teman lain, cukup dengan teman sekelasku saja.
aku telah mendapatkan banyak pelajaran dari tindakan bodoh itu, sampai saat ini aku ingin menguburnya dan melupakannya segera mungkin, aku sangat membenci kenangan itu.
jika kalian sudah membaca cerita ini, jangan tanyakan hal ini kepada ku secara langsung jika tidak ingin hidungmu keluar darah atau tanganku yang terluka karena menghantam gigimu. tx.

(dhebot)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar