.

hate me, im perfect

Sabtu, 15 Desember 2012

Tulisan Lama Yang Masih Relevan Diledakkan Hari Ini


Tulisan hebat ini saya dapatkan dari halaman fanpage @JRX_SID  pada 12 November 2009
Semoga bermanfaat dan bisa mengubah persfektif anda mengenai Rebel

Rebel For Life
Pemberontak, rebel......what's came up in your head when you hear this word?
Melawan orang tua? Drugs? Mabuk lalu menghajar orang? or mengganti dress-code mu mengikuti gaya band2 yang over-played di MTV?
Well, no matter what you do, esensi pemberontakan tidak akan pernah berubah.
A real rebellion stays under your skin. Bukan dari dandanan, machoism, tattoos, piercing or anorexic-look yang dibuat-buat. There's two kinds of rebel. Once you're a real rebel, kamu akan selalu jadi a rebel for most of your lifetime, tak akan bisa berubah coz that's who you are. It's in your blood. Kamu akan selalu berpikir utk melawan kecenderungan2 yang ada, kapan saja dimana saja.But when you're a wannabe-rebel [pemberontak tanpa misi dan prinsip yang jelas] kamu hanya akan memandang sebuah pemberontakan dari sisi luarnya aja [baca: fashion] Dan a wannabe-rebel tidak akan pernah membuat sejarah atau melahirkan pemikiran baru yang lebih baik utk generasinya.
Kita orang timur emang seringkali bingung mengadaptasi culture barat yang sedemikian liberalnya, dimana disini masyarakat kita diikat oleh tatanan atau norma yang kadang gak penting dan berlebihan. Masyarakat kita mencintai keseragaman dan kurang menghargai sosok2 idealis or individualis. Menjadi seorang rebel memang susah untuk hidup di Indonesia, for real, tapi disanalah letak art of the rebellion-nya. Sesuatu yang memerlukan pengorbanan karena masyarakat kita masih cenderung melihat sisi negatif dari seorang rebel [di cap sok kebarat-baratan dll]. Padahal menjadi rebel bukanlah hal yang 100% salah. Tergantung apa yang kamu lawan. Misalnya, kamu benci melihat sinetron2 Indonesia yang mewah, dangkal dan mudah ditebak, lalu kamu bikin sebuah film dokumenter ttg bagaimana sinetron2 tsb membodohi masyarakat kita yang mayoritas masih hidup dibawah garis kemiskinan. Itu sebuah pemberontakan yang pintar. Sebuah counter thd. komersialitas dan penyeragaman yang berlebihan.
A real rebel selalu berada diluar kecenderungan masyarakat, dan itu bukanlah pilihan yang salah, selama kamu bisa bertahan dan mempertanggung jawabkan misi dari pemberontakkan mu.
Harus diingat, kecenderungan di masyarakat atau di scene tidak selalu benar dan baik buat kita.
Contohnya ketika trend emo menyerang, remaja kota2 besar beramai-ramai menutupi rambutnya dgn poni dan bikin band emo dadakan, alasannya biar keliatan 'cool' dan diterima di pergaulan kota besar yang makin konsumtif. Hanya sebagian kecil dari remaja2 kita yang serius menyimak dan mengerti lirik band2 emo. Ironis. Padahal diasalnya, band2 tsb terbentuk karena mereka sering tersisih dalam pergaulan, dan musik yang mereka tulis adalah penegas kalau mereka adalah orang2 yang berada diluar kecenderungan/pergaulan. Disini, oleh sebagian besar remaja malah dipakai senjata utk kelihatan 'up to date' dan 'gaul'[damn, i hate that word!]. Same thing happens to punkrock and ska and maybe rockabilly in the future.. Misi pemberontakannya ditinggalkan, fashion-nya di obral habis2an. Dan menurut saya itu samasekali bukan pemberontakan.
Kalau saya umpamakan pemberontakan adalah struktur sebuah lagu/band, jadinya begini: pakaian yang dikenakan oleh personel band, jenis suara gitar, drum dan suara teriakan/nyanyian vokal adalah media penyampai pemberontakan, sedangkan isi dari pemberontakan itu sendiri ada pada lirik. Karena lirik berasal dari pemikiran yang paling dalam, ada pesan yang ingin disampaikan. Banyak orang yang bisa bermain skillful, tempo drum hebat, tehnik vokal diatas angin dan bergaya spt rockstar kebanyakan groupies yang mempunyai masalah kejiwaan [yea right...] tapi jarang bgt ada band Indonesia, apalagi yang terkenal, punya lirik berontak yang skaligus pintar. Ujung2nya paling keras bisanya menghujat pemerintah tanpa ngasi solusi yang jelas, yang buruh bangunan pun bisa melakukan itu sambil menghisap kretek terakhirnya. Jadi ya, percuma saja kalau ada band yang merasa sudah pemberontak hanya karena memakai kaos gambar tengkorak, tattoo or mohawk, distorsi maksimum dgn beat drum yang berat, tapi liriknya masih standar khas Indonesia [lirik cinta yang dangkal dan di klip harus ada model cantik dan ganteng lagi berantem] Seorang rebel akan menemui kesulitan men-support band2 spt itu. Lagipula, kenapa harus nyerah ama standar2 yang dibikin ama generasi sblm kita, apa kita tidak punya hak utk punya taste thd standar yang berbeda?
Sekarang try to think, kecenderungan apa aja yang ada di masyarakat kita yang kamu rasa mengganggu tidurmu. Ignorance is the real enemy. Kamu benci melihat budaya kekerasan yang semakin populer di masyarakat, lawan itu semua dan jangan ikut menjadi seperti mereka. Kamu kesal stiap kali melihat masyarakat dengan santainya membuang sampah plastik sembarangan, jadilah seorang pro-environment dan pengaruhi orang2 disekitarmu. Kamu gak tega melihat hewan2 dibunuh utk dimakan, jadilah seorang vegetarian dan daftarkan dirimu di peta2.com. Kamu bosan melihat budaya modern nan konsumtif anak muda yang manja dan kadang berlebihan, jadilah seorang berandal pasar barang bekas dan kenakan pakaian bekasmu dengan bangga dan stylish. Kamu merasa menyesal membeli majalah yang dipenuhi wajah2 infotainment ga penting, bikin dan cetaklah wajahmu sendiri. Bosan ama design kaos2 distro yang makin seragam dan cheesy, bikin clothing-line mu sendiri. Akan lebih baik jika kamu melakukan itu semua tanpa menjadi seorang fasis yang kaku. Just do your own thing.
See..banyak hal2 berontak yang bisa kamu lakukan di Indonesia tanpa harus merugikan orang lain dan malah bisa menguntungkan jika kamu bisa me-manage 'kenakalanmu'
Jadilah seorang counter-culture with a big heart, yang bertanggung jawab, respect thd keluarga, lingkungan dan bumi pertiwi. Dont judge us, musicians, by the way we look or the way we dress, coz these days, anyone can look so punk, so psycho, so emo, so rockabilly, so metal dalam hitungan detik. Zap! Just like that!
Jangan sampai terjebak menjadi seorang rebel bodoh yang hanya mengejar status sosial.
You gotta know where you stand and why you stand there. Knowledge [pengetahuan] is king and that's all you need to be a real modern rebel.
Cheers, cherry and dynamite!

Senin, 08 Oktober 2012

Materi Kelas XI SMA - Masyarakat Madani



Masyarakat Madani
                              1.   Pengertian masyarakat madani
Masyarakat madani (Civil Society) adalah suatu kehidupan sosial yang terorganisir  dan bercirikan antara lain : kesukarelaan, keswasembadaan, dan keswadayaan yang memiliki kemandirian tinggi berhadapan dengan negara  dan keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya 

                              2.   Ciri-ciri masyarakat madani
Adapun ciri-ciri umum dari masyarakat madani adalah :
a.    mandiri dalam hal pendanaan (tidak tergantung pada negara)
b.   swadaya dalam hal kegiatan (memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dilingkungannya)
c.    bersifat memberdayakan masyarakat  dan bergerak dalam bidang sosial
d.   tidak terlibat dalam persaingan politik dalam perebutan kekuasaan
e.    bersifat inklusif (melingkupi beragam kelompok) dan menghargai keragaman

                              3.   Proses menuju masyarakat madani
Manusia hidup di dunia menginginkan kehidupannya sejahtera, adil dan makmur, begitu pula bagi masyarakat dan bangsa Indonesia mencita-citakan hal yang sama. Pedoman bagi masyarakat Indonesia untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur sebenarnya sudah tersirat dan tersurat secara tegas dan jelas di dalam Pembukaan alenia IV Pembukaan UUD 1945 yaitu “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa” Pada dasarnya, politik berkenaan dengan kehidupan publik, yaitu kehidupan yang berhubungan dengan rakyat banyak. Dalam kehidupan inilah  diatur proses serta mekanisme agar seluruh aspek kehidupan menjadi teratur. Untuk itulah dalam suatu negara demokrasi dibentuk suatu lembaga yang mencerminkan suatu pemerintahan demokrasi sepertia pada ajaran Trias Politika yaitu ada Ekskutif, Legeslatif dan yudikatif yang selanjutnya merupakan lembaga dari suatu organisasi yang bernama negara, yang selanjutnya dikenal dengan supra struktur politik.
Selain lembaga negara yang merupakan sufra struktur politik termampu pula lembaga lain yaitu infra struktur politik seperti lembaga sosial (lembaga swadaya masyarakat atau LSM), lembaga budaya (paguyuban dan pendidikan yaitu organisasi Mahasiswa), lembaga agama (Nahdlatul Ulama, Majelis Ulama Indonesia, Parisada Hindu Dharma Indonesia, Wali Gerja-gereja Indonesia, Wali Umat Budha Indonesia dan lain-lain), lembaga profesi (Persatuan Wartawan Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia dan lain-lain) lembaga inilah yang merupakan masyarakat madani (civil society) dan tidak termasuk di dalamnya organisasi politik (partai politik).
Istilah Civil Society (masyarakat madani) berasal dari bahasa latin  sivilis societas yang semula digunakan oleh Cicero (106 – 43 SM), beliau adalah seorang pujangga Roma. Civil Society awal mulanya berarti komunitas politik, yaitu suatu masyarakat yang didasarkan pada hukum dan hidup beradab. Selanjutnya istilah civil society digunakan oleh John Locke dan J. J. Rouesseau  mengartikan civil society dengan masyarakat politik (political society) yaitu suatu kehidupan masyarakat yang sudah teratur karena sudah didasari dengan hukum. Pada masa kini, istilah civil society digunakan untuk membedakan suatu komunitas di luar organisasi negara (lembaga negara) yaitu suatu lembaga privat yang mandiri yang terdiri atas beberapa individu yang membentuk kelompok atau organisasi untuk mewujudkan kepentingan mereka sendiri secara aktif.
Proses untuk mewujudkan masyarakat madani (Civil Society),  sudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia namun banyak rintangan dan tantangan selalu menghadang dan menghambatnya  hal ini disebabkan oleh situasi dan kondisi pemerintahan yang berlangsung saat itu, seperti pada masa pemerintahan Orde Baru segala bentuk organisasi baik formal maupun non formal sebenarnya sudah banyak terbentuk namun selalu ada dalam pengawasan pemerintahan waktu itu, meskipun aturan mengenai terwujudnya masyarakat madani (Civil Society) sudah diundangkan yang pertama   yaitu dengan  Undang-Undang   No 8 Tahun 1985 tentang organisasi Kemasyarakatan, namun peraturan ini seolah-olah mandul dan tidak berfungsi sesuai harapan kita dalam mewujudkan  Civil Society.
Dari uraian di atas maka Civil Society mampu terjadi melalui proses dari adanya lembaga-lembaga atau badan atau organisasi kemasyarakatan formal maupun non formal yang dalam pembentukannya tidak hanya untuk kepentingan dilingkungannya sendiri secara intern tetapi mampu pula mempengaruhi kebijakan yang diambil oleh pemerintah termasuk di dalamnya ikut mencampuri dalam urusan pembangunan sehingga menjadi budaya politik masyarakat.
Tuntutan terhadap Civil Society  sebenarnya sudah ada pada asa orde baru yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang   No 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan  yang menyatakan : Organanisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh warga masyarakat negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk berperanserta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Semenjak reformasi pertumbuhan dan perkembangan masyarakat madani (Civil Sosiety) baru memperoleh tempat yang sewajarnya.                

                              4.   Kendala yang dihadapi  dan upaya mengatasi dalam mewujudkan  masyarakat madani
Perkembangan masyarakat  madani (Civil Society) di Indonesia tak pelak lagi sangat diperkuat dengan munculnya reformasi 1998, yang dalam beberapa hal tertentu telah mebalik kritik selama Orde Baru menjadi usul positif untuk menjadi alternatif dan opsi politik. Perubahan untuk menghadapi kendala dalam usaha mewujudkan masyarakat madani itu terlihat sekurang-kurangnya dalam tiga bidang masalah:
                                                             a.   Dalam bidang birokrasi (kendalanya :adanya birokrasi tidak transparan dan tidak bersih)
                                                            b.   Dalam bidang hubungan dengan penggunaan kekuasaan oleh pemerintah (kendalanya: adanya kekerasan militer atau POLRI  untuk melindungi kekuasaan)
                                                             c.   Dalam hubungan negara dan masyarakat (kendalanya: pemerintah sulit dikritik dan diberi saran)
Adapun usaha untuk mewujudkan masyarakat madani:
1.       Dalam birokrasi, kritik terhadap korupsi, kolusi dan nepotisme, selama Orde Baru, diubah secara positif menjadi tuntutan akan adanya transparansi dan akuntabilitas. Ada sikap proaktif dalam mencari jalan agar KKN tidak diberi kesempatan terlalu banyak untuk terus dilakukan, dengan mendesak dan memaksa pemerintah dan birokrasi untuk mempertanggungjawabkan secara terbuka semua tindak tanduk mereka secara publik. Pada titik ini kita menghadapi dilema antara pemerintah terbuka dan pemerintah yang bersih. Suatu pemerintahan hanya bisa bersikap terbuka kalau dia relatif bersih (karena pemerintahan yang tidak bersih akan berusaha sekuat tenaga menutupi penyelewengan yang dilakukannya), sementara untuk menjadi bersih dia harus terbuka terhadap kontrol dan kritik. Dilema ini dicoba dipecahkan dengan tidak meminta birokrasi untuk menjadi lebih bersih tetapi dengan memaksanya menjadi lebih terbuka.
2.       Dalam hubungan dengan penggunaan kekuasaan oleh pemerintah, kritik terhadap kekerasan politik dan represi politik (yang memuncak antara lain pada masa ditetapkannya Daerah Operasi Militer [DOM] di Aceh, Timtim, dan Irian Jaya) diubah menjadi tuntutan akan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM). Perubahan ini memberikan bobot baru kepada tuntutan masyarakat, karena kekerasan politik mampu diperlakukan pemerintah sebagai masalah dalam negeri, sedangkan masalah HAM dianggap sebagai masalah universal yang akan menarik perhatian dunia internasional. ·
3.   Dalam soal hubungan negara-masyarakat, maka kritik terhadap kedudukan negara yang terlalu kuat dalam rejim Orde Baru, diubah menjadi opsi dan alternatif dalam tuntutan akan pemberdayaan masyarakat. Persoalan bukanlah negara yang terlalu kuat, tetapi masyarakat yang terlalu lemah, sehingga social empowerment muncul sebagai suatu gagasan baru di mana masyarakat mulai meningkatkan kesadaran tentang hak-haknya dan mengembangkan bentuk negoisasi baru dengan negara. Salah satu bentuk perjuangan itu ialah tuntutan akan pengakuan terhadap pranata-pranata sosial yang selama ratusan tahun telah berhasil menjaga integrasi sosial dalam berbagai komunitas, seperti halnya masyarakat adat, yang sekarang semakin menjadi persoalan nasional. Patut dikemukakan di sini bahwa munculnya kesadaran akan pentingnya masyarakat  madani (Civil Society) berhubungan dengan keinginan untuk mewujudkan suatu ruang di mana terwujud kesamaan setiap orang di depan hukum

Sabtu, 01 September 2012

Keadilan di Balik Bantal

Supremasi Hukum? Ini mimpiku kawan dan juga mimpi kalian semua hey anak muda Indonesia. Tiap malam jatuh dan membawa bintang selalu muncul dalam benak rasa itu telah mampu menyayat hati. Dimala hari menuju pagi banyak kecemasan akan hari esok apakah akan lebih baik. Lewat mimpi mungkin iya bisa aku dapat. Teringat lagi pada sebuah film Indonesia yang mengajarkan kita untuk tidak takut untuk bermimpi, awalnya aku belum bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaanku, jika mana mimpiku itu akan terwujud? ternyata kekuatan pikiran ini memang sangat besar, aku telah mampu untuk menggapai sebagian kecil dari berjuta mimpiku yang masih berserakan dihalaman sana. Saat ini tidak salah jika bermimpi untuk negeriku yang masih kacau ini, iya aku menyebutnya sebagai negara yang terkurung dalam belenggu keegoisan orangnya. Indonesia dalam penjara sering juga aku berucap. 
Bagaimana tidak, sering kali aku harus mendengar kalimat-kalimat tidak adil dari semua yang aku temui. Bertatap pada TV sebagian besar yang dia berikan kepadaku hanyalah kebobrokan supremasi hukum, pergi jauh kedalam masyarakat mataku terbelangak melihat api ketidak adilan itu menyilaukan dan duduk dalam sangkar "proses pendidikan" apalagi hal ketidak adilan sempat menyayat kulitku ini. Hal ini pernah membuatku sampai saat ini mundur dan sangat amat muak dengan mereka (ooh shiit aku kehilangan nama mereka dalam saku belakang setelah buang air besar tadi). Hal yang tidak aku mengerti adalah kenapa uang yang seharusnya didapatkan dan sewajibnya layak diberikan kepada orang yang "membutuhkan" malah diberikan dan jatuh pada orang-orang yang "menginginkan" uang tersebut. Kalian pasti tau uang apa itu, benar sekali itu adalah uang yang bernama beasiswa. Kedatangannya selalu disambut sangat meriah oleh orang-orang "kaya" kampus, dan disambut merenung oleh orang-orang "gembala" kampus. Sangat kehabisan kata-kata untuk menggambarkannya. Mereka apakah selayaknya bangga atau kita sewajibnya senang melihat hal ini? Yaa sudahlah itu mungkin bukan rezeki kita *kata seorang teman kepadaku sambil menatap mereka yang menghamburkan ung itu untuk kenikmatan semata. Inilah belenggu yang pernah aku hadapi, ketidak adilan ini benar-benar nyata ada didepan. Lebih jauh lagi yang terbaru adalah munculnya beberapa kasus yang menerjemahkan jika negara ini sudah tidak mampu lagi melindungi masyarakatnya. Kasus demi kasus penindasan oleh mayoritas kepada minoritas, Penjajahan moral oleh polisi moral yang sok bermoral kepada orang-orang yang dianggap berada diluar lingkaran mereka. Hal ini telah memunculkan perlawanan dalam benak, tapi apa? apa yang bisa dilakukan oleh orang seperi ku ini. Lewat tulisan ini aku mengajak kawan-kawan semua wahai penerus bangsa dan pengabdi merah putih kita sudah layaknya untuk muak melihat ini semua. Ketidak adilan yang muncul akan menjadi bola besar yang melindas kita semua jika tidak dari sekarang kita habisi dia. Perlu proses dan proses itu akan tercapai mulai dari malam ini saat kita menutup mata untuk kehidupan esok hari yang lebih baik. Sambil berdoa agar mereka yang mabuk dalam langkah ketidak adilan dikuatkan agar mampu untuk berbalik melawan. Dan mereka yang bahagia dengan ketidak adilan ini semoga diberikan umur yang panjang. 
#Mampusdalamkamar

Selasa, 28 Agustus 2012

Bingung dengan Multikultur di Bali?


Ini tulisan cepat untuk menjawab pertanyaan singkat dari seorang kawan/teman/hmmm lebih tepatnya dia anak didik saya di tempat saya magang sekarang. Ini tangung jawab tentunya (jadi guru harus total, begitu kata teman sejawat bilang) ya saya berusaha saja jawab. Pertanyaannya sih lewat twit tapi karena jawabannya tidak memungkinkan untuk dijawab disana karena akan memenuhi karakter di twitter jadi saya lempar saja ke blog ini. Pertanyaannya adalah : Pak  saya kok bingung sih sama multikultur budaya di bali :(((. Tentang pengertian multikultur bisa ditanyakan langsung ke mbah google, karena banyak sekali artikel terkait hal tersebut :D . Untuk keberagaman budaya yang ada dibali itu sangat amat beragam. Tentu yang paling terlihat adalah perbedaan agama yang ada di Bali. Dengan perbedaan ini tentu lapisan kehidupan lainnya juga ikut berbeda seperti perbedaan antara agama dominan yakni hindu dengan agama lain seperti islam dimana dari segi kehidupannya sangat berbeda. Di Bali ada dua tipe Desa yang terapkan, yakni Desa Adat/Pekraman dan Desa Dinas. Desa adat/pekraman ini dihuni atau anggotanya adalah masyarakat bali yang beragama Hindu. Desa adat merupakan desa yang tertua dibali. Pemimpinnya adalah Kelian adat dimana kelian adat disini tidak dilantik oleh camat atau bupati atau diatasnya namun diangkat oleh prajuru desa sesuai dengan awig-awig adat. Desa adat bukan termasuk kedalam hirarki pemerintahan indonesia atau dengan kata lain desa adat adalag desa independen yang berdiri sendiri. desa adat memiliki peraturan tersendiri yang disebut awig-awig atau perarem. Desa adat memiliki sumber keuangan sendiri seperti dari urunan warga desa. Selin itu desa adat memiliki tugas yang berbeda dengan desa dinas, yakni tugasnya adalah sebagai wahana tempat pelestarian kebudayaan bali yang dibungkus oleh nilai-nilai agama hindu. jadi keberadaannya sangat tergantung oleh masyarakat beragama hindu. Dengan sederhana bisa di ilustrasikan desa adat adalah wadahnya sedangkan isinya itu keseluruhan aktivitas masyarakat adat bali (ingat dalam aktivitas masyarakat dibali tidak satu pun yang terlepas dari ajaran agama hindu). Dalam upaya tersebut Desa adat memiliki kepanjangan tangan yaitu Banjar adat, tugasnya sama yakni membina masyarakat anggota banjar dalam melestarikan ajaran agama dan adat istiadat. Maka sering kita temui di banjar adat  ada Sekaa Teruna Teruni, Sekaa kekawin, Sekaa Kidung, Sekaa Angklung, dll. 
Ada tiga bentuk keanggotaan masyarakat yakni pertama, Krama desa = warga desa yang beragama hindu, kedua Krama Tamiu = Warga pendatang yang beragama hindu, ketiga Tamiu = yakni warga pendatang yang non hindu. Dalam desa adat ini terdiri dari tiga bagian sesuai dengan Tri Hita Karana (dasar filosofi orang Bali + Pancasil juga) yakni ada Parahyangan terdiri dari pura kayangan tiga, kemudian ada Pawongan yakni tempat dimana masyarakat bali ini mengadakan aktivitasnya dan tempat bermukim, lalu ada Palemahan yakni tempat masyarakat bercocok tanam serta pekarangan desa.   Terkait dengan awig-awig bukan berarti desa adat ini tidak memperhatikan hukum nasional, tetap hukum nasional yang ada diatasnya dijadikan tuntunan seperti Pancasila dan UUD 1945. Ada asas kebebasan dalam membentuk awig-awig yang dimiliki oleh desa adat yang disebut Desa Mawacara (Desa punya cara tersendiri untuk mengatur rumah tangganya).
Dalam sejarahnya juga dbali ini terdapat dua bentuk desa yang bercorak agama Hindu yakni Desa Bali aga uakni desa yang penduduknya adalah asli keturunan Bali (seperti desa tengganan karang asem, Desa Trunyan dan Desa Penglipuran di Bangli, dll). Pada umumnya Desa Bali Aga berada di daerah yang tinggi seperti dilereng gunung dan bukit. Sedangkan yang kedua ada Desa adat/pekraman seperti kebanyakan yang ada dibali saat ini dimana penduduk awalnya adalah masyarakat Majapahit yang datang ke Bali. Dengan kedatangan masyarakat dari Majapahit ini juga membawa keberagaman Klan/Keturuan yang ada dibali seperti Klan Arya, Pande, Pasek, dll. 
Naah karena asas dan sejarah inilah maka sering ditemui keberagaman atau multikultur yang ada di Bali. Seperti keberagaman peraturan adat/hukum adat dibali, contoh hukum perkawinan tidak setiap tempat di bali ini memiliki adat istiadat/ritual perkawinan yang sama antara satu daerah/desa dengan daerah/desa lainnya. Ritual lainnya seperti dalam mengadakan upacara keagamaan antara desa satu dengan lainnya pasti ada perbedaan. Contoh upacara pengabenan antara di Klungkung dengan pengabenan masyarakat Di Singaraja berbeda namun tetap benang meranya adalah pengabenan untuk melestarikan adat dan agama (Kebanyakan orang Bali bingung saat ditanya apakah pengabenan itu ritual adat atau agama? jawabannya adalah keduanya. saat jenazah digarap dari rumah menggunakan berbagai sarana seperti jempana, wadah atau apapun itu sampai dimulainya pembakaran, itu ritual adat yang berjalan, tapi disaat pembakaran dan abu dilarung ke laut itu agama yang berjalan, karena dalam agama hindu pada saat api membakar raga yang meninggal saat itu pula jiwanya kembali menyatu dengan penguasa Roh yakni Ida Hyang Widhi, sedangkan saat abunya dilarung sisa badan kasarnya akan kembali ke ibu pertiwi, karea badan jiwa manusia terdiri dari panas, air, dan angin maka harus kembali ke tiga unsur itu juga yakni Brahma, Wisnu, Ciwa) Tapi hebatnya dibali dengan tempat lainnya adalah masyarakat Bali memiliki pengikat yang tidak saja bersifat skala tapi juga niskala yakni apa yang disebut TRI HITA KARANA filosofi masyarakat bali yang bersumber dari agama Hindu. Dan ini sangat ditakuti oleh orang bali. Percaya/menyadari atau tidak, disaat Desa dinas yang memanggil masyarakat sangat enggan datang namun disaat desa adat yang memanggil dengan awig-awig dibelakangnya masyarakat sangat sigap datang.
Desa dinas adalah kepanjangan tangan dari lembaga pemerintahan yang ada diatasnya yakni camat. Jadi begini dalam menjalankan roda pemerintahan agar lebih efektif di indonesia memiliki hirarki tingkatan kepemerintahan seperti pemerintah pusat yang dipimpin oleh presiden selanjutnya provinsi dengan gubernurnya kemudian ada bupati bersama kabupatenya lalu ada pak camat yang memimpin kecamatan terakhir ada pak Kades yang memimpin Desa Dinas. Tugas Desa Dinas adalah mengurusitugas-tugas kedinasan seperti pembuatan surat, pemberian ijin, pemberian bantuan kepada masyarakat, dll. Jadi di bali ada dua bentuk desa yakni desa dinas dan desa adat serta dua pemimpin yakni kades dan kelian adat/desa. Desa Dinas tidak memperhatikan agama masyarakatnya sebagai anggota seperti di desa adat, namun sesuai dengan ketentuan pendatang tetap menjadi pendatang jika dia ingin menjadi/masuk menjadi anggota tetap desa dinas dia harus menetap didesa tersebut kurang lebih 3 tahun (malas membuka buku haha). Dalam peraturannya, desa dinas mengikuti peraturan kedinasan yang ada diatasnya yakni camat ditambah juga dengan peraturan-peraturan tambahan yang dbuat oleh desa sebagai cermin dari Otonomi Daerah termasuk otonomi Desa. Sama halnya dengan Desa adat, desa dinas memiliki banjar Dinas.  
Sekian dulu penjelasan yang singkat ini, sulit mengerti keberagaman adat yg ada di bali, tapi untuk hidup di bali sangat indah. Bali the last Paradise (apakah masih??) 
SLAMATKAN BALI!!! 

Minggu, 26 Agustus 2012

Langkah Kecil Semangat Besar


Ada hal yang berbeda yang ku rasakan sore tadi. Membuka mata dari mimpi aku terbangun dengan sigap membuka pintu, aku ingin tau suara apa yang telah membangunkanku dari tidur siang yang sangat jarang kudapatkan setelah 3 minggu ini (kurang lebih) memulai menjadi seorang "umar bakrie". Walaupun sebatas magang namun tugasnya memang berat. Seketika aku harus bangun pagi-pagi sekali mempersiapkan diri sesekali membaca buku agar aku bisa menakklukkan siswa yang sering mengeroyokku dengan tingkah laku mereka dikelas yang terkadang mengganggu ada pula dengan pertanyaan yang kiranya ini sangat baik ku sambut. Berjam-jam aku harus terkurung dalam tembok pemisah antara ruangan kelas dan dunia luar yang sangat panas, lain seperti saat-saat kuliah dulu disaat yang aku tunggu tidak hadir aku dengan bebas bisa melangkahkan kaki kemana saja yang ku inginkan. Tugas yang begitu banyak harus ku selesaikan dengan cepat, dari itulah waktuku sekarang banyak habis karena persiapan menyelesaikan tugas seorang guru. Ohh belum apa-apa aku telah mengeluh, ini tentu tidak benar. Makna yang aku dapatkan pertama adalah "mengajar adalah belajar untuk kedua kalinya".
Sore tadi adalah saat yang paling bersemangat, waktu yang ku tunggu seminggu lebih bebas beristirahat dengan nafasku. Terkadang disaat merasakan ketenangan aku harap waktu untuk hari ini berjalan lambat dan esok akan lebih cepat. Ada hal yang sangat menyentak sampai masuk kedalam benakku sore tadi. Dibangunkannya aku dengan suara bak berwarna hijau alias kereta sampah yang setiap dua hari datang mengambil sampah yang telah menumpuk dan menunggu diambil di tempatku tinggal. Biasanya aku ikut membantu jika masih ada sampah yang berserakan sebatas menyapunya dan memasukkannya kedalam kantong sampah, terlebih itu adalah plastik pasti akan cepat ku ambil. (Kalian tau sendiri plastik itu musuh utama bumi). Tidak seperti hari biasanya, kali ini aku melihat kereta itu datang dengan sosk baru. Jika tiap harinya aku melihat kereta itu didorong oleh seorang bapak dan ibu, kali ini kereta itu datang ditemani oleh bapak dan anaknya. Apakah kalian melihat ini sebagai suatu hal yang biasa atau suatu yang tidak biasa kalian lihat? Bapak yang biasanya datang dengan tangannya yang kotor karena kewajibannya mengharuskannya seperti itu kali ini mengajak anaknya yang masih berumur belasan tahun dan duduk dibangku SMP. naaah kali ini muncul hal-hal yang sangat mengusik pikiranku. Aku berpikir dan melihat anak itu seolah-olah aku mengalami Dejavu kembali ke masa kecilku dulu. Walaupun tak separah yang dialami oleh anak itu, tapi setidaknya aku pernah bekerja separuh waktu saat aku masih kecil. Yang berbeda dulu aku bekerja hanya sebatas mengembangkan hobiku yakni mengukir kayu untuk kerajinan dan karena kesenanganku kepada seni, aku bekerja juga tetap meminta uang dan membebani orang tuaku. Tapi hal itu tak berlangsung sampai jenjang dimana anak itu berada saat ini. Jika dulu aku bekerja sampai kurang lebih pertengahan kelas 1 sekolah menengah pertama tapi anak itu melakukannya dengan sepenuh hati dan bersemangat (sangat terlihat dari wajah dan tatapannya) saat dimana ia sekarang duduk dibangku sekolah menengah pertama kelas 3. Tangan kecilnya mengambil tong sampah yang ada satu persatu dimasukkannya kedalam kereta kemudian ayahnya mencari sampah plastik yang bisa dijual. Pertanyaan yang muncul saat itu adalah kemana aku disaat umurku menginjak anak itu? apa yang aku lakukan disaat umurku seperti anak itu? Ucapan yang ada hanyalah salut salut dan salut. aku kalah benar-benar kalah. Saat ini ditengah zaman dimana orang-orang apalagi remaja lebih mengedepankan gengsi dibanding dengan hal lainnya ternyata masih ada pemuda yang seperti itu. Dan aku kira masa seperti ini telah musnah sejak kehadiran HP melanda remaja. Gengsi, dan aku berharap banyak semoga ketakutanku akan anak itu tidak terjadi. Ketakutan? benar saja aku berpikir semoga anak itu sampainya dijalan raya tidak termakan oleh hasutan/ajakan orang lain untuk bergaul dengan bebasnya sehingga akan mempengaruhinya untuk terjerumus dalam lingkaran setan yang membawa api "gengsi" dan langkah kecilnya dan ayunan tangannya yang penuh dengan kemuliaan karena usahanya membantu orangtuanya tidak hilang. Harapanya tentu ia bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi dan tidak berkutik pada kereta sampah saja, jika sekarang dia membantu orang tuanya dengan mendorong kereta sampah mungkin suatu saat dia akan membantu ayahnya dari hasil mengemudikan kereta api, pesawat mungkin, atau kapal mungkin, atau apalah yang jelas semoga kamu bisa mengendalikan dirimu disaat pintu pergaulan terbuka untukmu. Dari tatapan matanya dan juga raut wajahnya tak sedikitpun ada rasa malu dan mengeluh yang aku lihat. sesekali ia mengusap keningnya yang telah dibanjiri keringat dan sontak aku terdiam dan merasa malu kepada diriku sendiri. Padahal saat dia datang dan lewat didepanku sampai keretanya berjalan melanjutkan tugasnya mengambil sampah ditiap rumah tidaklah begitu lama, kurang lebih sekitar 7 menitan namun ada banyak hal bisa aku petik dari pribadi anak itu. Sekali lagi semoga seiring dengan bertambahnya umur tidak merubah langkahnya dalam bertindak untuk orangtuanya. Disaat kebanyakan anak-anak remaja saat ini cendrung membawa cermin dan sisir kesekolah dibanding dengan buku aku harap anak itu bisa menjadikan dirinya perpustakaan hidup untuk orang lain.
Pengalaman ini adalah jawaban atas doaku. aku sering berdoa meminta kepada tuhan agar dibukakan pintu agar aku bisa menjadi orang dewasa. Dan aku mendapatkannya, Tuhan selalu menjawab pertanyaan kita cuma tuhan menjawabnya tidak seperti apa yang kita inginkan. Kemampuan kita mengartikan jawaban dari tuhan adalah hal yang luar biasa. Tuhan bisa menjawab dengan cara dan maksud apapun juga. 
Terimakasih teman untuk sore hari yang sangat luar biasa ini, walaupun matahari tenggelam dan membawa kegelapan untuk dunia namun langkahmu akan terus bersinar untuk bumi dan orang-orang yang ada disekitarmu. Terimakasih telah membantu bumiku memerangi sampah, terimakasih telah membukakan pintu untukku menjadi lebih dewasa.

PANCASILA, FAILED-STATE, RADICAL BEHAVIORAL CHANGES

h  INDONESIA, A FAILED STATE?
q  Tindak kekerasan (Violence) menjadi pemandangan sehari-hari. Tiada hari tanpa kekerasan/violence; lihat televise!
q  Gusur lahan/rumah, demo mahasiswa, protes Pilkada, perkelahian antar pelajar, tuntutan kenaikan upah buruh, pertandingan sepakbola, dll, Sering diwarnai tindak kekerasan, tetesan darah dan korban tewas.
q  Kerumunan massa kerap mengacung-acungkan pedang, golok, celurit, pisau….Persis seperti “suku” di Afrika hendak berperang.
q  Pada era Soeharto, tidak ada orang berani bakar gereja. Tapi, sejak tahun 2000, puluhan gereja dibakar atau dirusak. Pemerintah sama sekali tidak berdaya mencegahnya.
q  Terakhir (27/4/2010) Wisma BPK Penabur di Cisarua yang baru dibangun, dibakar hingga luluh lantak. Selama 2 jam, massa leluasa membakar 7 gedung. Mobil, dan peralatan lain. Nyaris tidak ada Polisi di tempat.
q  Sebuah harian di Jakarta menulis Polisi sengaja membiarkan massa bebas membakar Wisma Penabur sebab takut bentrok ala Tanjung Priuk terulang kembali.
q  Dewasa ini ada cukup banyak LASKAR. Setiap saat mereka bisa bertindak brutal terhadap sasarannya. Mereka membawa berbagai senjata tajam mengerikan. Polisi pun TAKUT.
q  Dibawah permukaan bumi kita seperti mendidih, panas sekali. Setiap saat kerusuhan bisa meledak, diluar prediksi atau dugaan siapa pun.
q  Korupsi terjadi dimana-mana.
q  Anggodo, Gayus, Sjahril Johan, Susno, dll, nama-nama ini memperlihatkan gurita korupsi memang sudah sampai pada tahan MENGERIKAN.
q  Satgas Anti-Mafia Hukum hendak membongkar. But where is the limit? Kalau dikuak terus 80% birokrat dan petinggi kita bisa masuk Bui…Siapa yang bersih di Republik ini?
h  NEGARA YANG GAGAL, APA?
q  A state could be said “succeed” if it maintains, in the words of Max Weber, a monopoly on the legitimate use of physical force within its borders. When this is broken (trough the dominant presence of warlords, paramilitary groups, or terrorism), the very existence of the state becomes dubious, and the state becomes a failed state.
q  Banyak laskar bersenjata, tapi pemerintah kita tidak berani melarang dan membubarkannya.
h  A FAILED STATE, OR CRISIS STATE?
q  A crisis state is a state under acute stress, where reigning institutions face serious contestation and are potentially unable to manage conflict and shocks. (This is a dager of state collapse).
q  Indonesia = a crisis state, might not be a failed state, But we are heading to a dangerous path, a path to crisis state.

This is Cilture!
KENAPA BRUTAL DAN SADIS?
KENAPA ORANG INDONESIA TERKESAN TIDAK LAGI RAMAH DAN SANTUN?
ITULAH BUDAYA KITA SEKARANG!

-          Kebudayaan adalah seluruh pengejawantahan pikiran dan perasaan yang tumbuh dari budi nurani manusia sebagai makhluk sosial, baik yang bersifat tangible maupun intangible. Kebudayaan merupakan tanggapan dan interaksi terhadap hal – hal yang ada di lingkungan Kita (Soenarto, 2003:60)
-          Perilaku (behavior) individu secara kolektif mencerminkan budaya suatu bangsa.
-          Jika pejabat kita yang bermasalah hukum tidak sudi untuk mengundurkan diri, itu mencerminkan orang kita memang Tidak Punya Rasa Malu.
-          Jika para pejabat suka pamer harta (rumah, mobil mewah, perhiasan), itu mencerminkan budaya korup sudah merata (widespread) dikalangan birokrat.
-          Budaya orang Indonesia sekarang (dari sisi negatif) :
a. Korup
b. Materi sebagai tolak ukur harga diri
c. Konsumerisme
d. Boros, suka pamer harta
e. Serba instant (Ijazah Doktor dan kepangkatan Profesor pun hasil dari plagiat)
f. Malas, tidak mau kerja keras seperti orang Korea, Chinna, dan Jepang.
q  Lawless, yang berlaku sekarang Jungle law.
q  Penuh prasangka buruk
q  Mau menang sendiri
q  Cemburu iri hati
q  Tidak punya rasa malu

KEBUDAYAAN DAN PANCASILA
q  Terjadi perubahan budaya yang radikal sejak era reformasi, sehingga terjadi radical behavioral changes.
q  Kenapa? Apa kaitannya dengan Pancasila?
q  Sistem teori jawabannya!

 

PANCASILA DIPENDAM
q  Sejak era reformasi, bangsa Indonesia hidup dalam situasi anomali. Sistem nilai resmi, Yaitu PANCASILA, de facto, sudah MATI. Namun penggantinya sistem nilai yang baru belum diformalkan.
q  LIBERALISME dan KAPITALISME adalah pengganti PANCASILA, tapi masih banyak pihak yang menolaknya.
BANGSA YANG LUNGLAI-GALAU
-          Bangsa memerlukan ideologi, ideologi yang asli digali dari buminya.
-          Bangsa tanpa ideologi menjadi lunglai-galau, tidak ada pegangan, sehingga mudah disetir pihak luar. Di dalam pun kita sering gontok-gontokan. Konflik horizontal dan vertical kian runcing, semata-mata karena kita hidup tanpa ideologi
-          Ingat Sejarah Runtuhnya Sriwijaya dan Majapahit kembali.
AMANDEMEN UUD 1945 sebagai BIANG KELADI
-          UUD 1945 mengalami 4 X amandemen, dari 1999 s/d 2002.
-          Dengan UUD 1945 “baru” (UUD 2002, kata kelompok alm. Prof. Usep Ranawijaya, S.H.). Sistem politik dan sistem ekonomi mengalami perubahan radikal.
PERUBAHAN SISTEM POLITIK
-          Sistem quasi-perlementer yang menempatkan DPR lebih kuat dari pemerintah.
-          Tidak ada lembaga tertinggi negara.
-          Weak central government and strong regional government (otonomi daerah)
-          Pemilu lewat lembaga perwakilan menjadi pemilu one-man-one-vote.
-          “Nyontek” sistem pemerintahan Amerika Serikat.

PERUBAHAN SISTEM EKONOMI
-          Sistem ekonomi neo-lib, Kapitalisme murni : free market economy.
-          Peren pemerintah terus berkurang, peran swasta terus meningkat.
-          Dalam persaingan liberal itu, yang kuat tambah kuat, yang kurang modal satu per satu mati digilas.
-          Terlalu asing-oriented. Asing kini menguasai Rp. 130 triliun lebih dalam bentuk SUN, SBI, dll.
-          Regime utang!
-          Tidak banyak orang yang menyadari pemerintah sekarang SANGAT GETOL BIKIN UTANG. Utang Indonesia sudah mendekati Rp. 1.700 triliun.
-          35% APBN hanya untuk bayar cicilan dan bunga utang. Bagaimana kita mempu melunasinya??
-          BOM waktu yang Very Dangerious!

SISTEM BUDAYA TERUSIK
-          Perubahan sistem ekonomi dan sistem politik yang begitu radikal mau tidak mau mempengaruhi sistem budaya.
-          Budaya orang Indonesia seperti digambarkan diatas merupakan direct impacts dari berlakunya sistem politik dan ekonomi yang baru.
SISTEM PERILAKU PUN BERUBAH
-          Budaya dan perilaku kolektif memang saling mempengaruhi. Tapi, sistem perilaku selalu menjadi “korban pertama” dari perubahan sistem budaya.
-          Bibit Samad Riyanto : Kenapa orang berkorupsi? Ia sebut 5 faktor, salah satunya faktor Budaya.
-          Materialisme anak kandung Kapitalisme, kemudian menggoda individu untuk berkorupsiria.

PANCASILA MASIH RELEVAN?
-          Jika orang bertanya : SO WHAT?
Pertama, bangsa kita dewasa ini, sesungguhnya belum bisa berdemokrasi liberal.
Kedua, free market economy adalah racun, tanpa ditunjang oleh perangkat hukum yang baik, dan perilaku manusia yang matang.
Ketiga, bangsa kita akan semakin terpuruk jika situasi  sekarang yang buruk ini tidak secepatnya dikoreksi.

KEMBALI KE PANCASILA
h  Bagaimana caranya?
h  Kembali ke PANCASILA! Kembali ke jatidiri kita yang asli.
h  Bahwa Pancasila belum pernah dilaksanakan secara benar, bukan berarti Pancasila yang salah, tapi manusianya.
h  Bangsa kita tampak sedang DIKUTUK karena kualat terhadap FOUNDING FATHERS kita!!

TERIMAKASIH
Lebih-kurangnya mohon maaf!
**Tulisan ini adalah kutipan handout power point Oleh :Tjipta Lesmana