.

hate me, im perfect

Jumat, 01 Maret 2013

AKU ADA DI DALAM KOTA METROPELETAN

Siapa yang harus ku salahkan?
Siapa yang harus ku cari untuk mengeringkan keringat ini?
Siapa yang tau aku merasakan panas dan mendengarr rintihan keringat dan air mata setiap manusia dan alam saat itu?
Siapa yang tau aku ketakutan dan emosiku meluap ditengah kota ini?
Aku terjebak tadi siang ditengah besi-besi yang mengeluarkan asap hitam dan sekutunya.
Aku berada ditengah ribuan ego yang inginkan diri mereka sendiri. 
Kami hanya bisa menjalankan roda ini cm demi cm, dan didepan kami tidak tau kapan cm ini akan berubah menjadi km.
Aku terjebak bersama ribuan mata yang menyaksikan polusi menariria seakan-akan membakar kami.
Kuatku mencoba tuk melawannya, namun ku lihat anak-anak,
keringat membasahi baju mereka, mungkin kaki mereka kuat tuk mengayuh sepeda melewati celah-celah sempit diantara besi yang meraung-raung untuk berjalan.
Kusir-kusir besi itu anesthesia indria, tidak menghiraukan jiwa anak-anak itu, 
ego mereka membutakan mata, berlomba dengan sepeda dan anak-anak demi sebuah celah tuk berjalan, apalah itu mereka nyata tak tau jika bukan dia saja yang merasakan panasnya matahari, asap hitam, debu dan lainnya.
Mungkin anak-anak itu kuat, mungkin bapak tua itu tahan, mungkin nenek tua itu sanggup,
namun aku tau dalam hati mereka juga ada emosi dan jeritan yang ingin mereka keluarkan untuk melawan kemacetan tadi, iya itu tadi siang. 
Jalur hitam yang disebut manusia jalan itu seolah-olah menjadi panggung penyiksaan manusia dari alam yang telah merusaknya, yang telah menyianyiakan kebaikannya.
Alam murka kutemukan tadi siang disepanjang jalan itu.
Ini akan terus terjadi, mulai hari ini kita akan mewariskan kelam ini kepada anak cucu kita.
Tidak ada yang bisa kita banggakan memang, karena kebanggaan akan kota ini telah tenggelam seiring bergantinya angka dikalender,
Seiring nafsu kita untuk membunuh alam ini.
Kota ini memang tidak seperti dulu lagi,
Udaranya telah termakan polusi
Pohon-pohonnya telah tua rapuh tuk melawan ego manusia
Airnya yang segar kini hangat membiru
Aroma air perkotaan yang begitu khas, siapapun bisa menemukannya,
Kota ini sudah seperti djakarta, metropolitan?
Bukan, Meropeletan!

Dhebot*



Tidak ada komentar:

Posting Komentar