.

hate me, im perfect

Minggu, 10 Maret 2013

NYEPI SEBUAH DEDIKASI UNTUK ALAM

Nyepi,salah satu hari raya besar yang dirayakani oleh agama hindu khususnya agama hindu bali dan beberapa daerah di Indonesia. Kalau agama lain punya hari besar untuk merayakan tahun barunya dengan bersenang-senang berbeda dengan Agama Hindu 9 (tahun baru caka) yang merayakannya dengan bercatur brata penyepian yakni empat pantangan yang harus dilaksanakan disaat hari raya nyepi. Catur Brata Penyepian begitu disebutnya, dimana disaat nyepi itu: 
Tidak boleh menyalakan api (amati geni) 
Tidak boleh bekerja (amati karya) 
Amati lelungan (tidak boleh berpergian) dan 
Amati lelanguan (tidak boleh berfoya-foya). 
Mungkin satu-satunya tempat/pulau di dunia ini yang akan gelap gulita selama satu hari ya Bali, Satu-satunya tempat yang memberikan *hari libur kepada lingkungan alam untuk beristirahat dari rutinitasnya membersihkan udara dari polusi ya Bali, dan satu-satunya tempat di dunia ini yang Nyata menanggapi efek rumah kaca ya Bali, satu-satunya tempat yang nyata melaksanakan hebat listrik ya Bali #Banggasetengahmati :D
Ini persfektif baru dalam meliat hari raya Nyepi. Bagi saya sebagai anak muda, selain melihat Nyepi sebagai sebuah peringatan hari besar agama saya juga melihat bahwa Nyepi ini sebagai bentuk dedikasi untuk alam dan lingkungan. Karena pada hari inilah lingkungan ataupun alam diberikan "hari libur" oleh masyarakat Bali untuk beristirahat dengan tenang menikmati udara dan sinar matahari tanpa adanya polusi seperti rutinitas mereka biasanya. Ini adalah salah satu dari ribuan alasan kenapa saya bangga menjadi orang Bali. Walaupun di Bali jarang ditemukan adanya aktivis lingkungan yang memperjuangkan nasib lingkungan dari ancaman Global Warming tapi kami semua adalah aktivis sebenarnya yang nyata menanggapi  ancaman kerusakan lingkungan dan ancaman global warming. 
Jadi Nyepi saat ini bagi saya bukan saja hari raya milik Agama Hindu tapi seharusnya milik semua orang di dunia ini (jika memang benar-benar ingin menyelamatkan bumi). Ya bisa dibilang Nyepi itu Universal, karena dampaknya memang bukan di Bali saja. Dampak Nyepi otomatis polusi udara yang dihasilkan bali sekian persen bisa berkurang drastis dan itu akan menimbulkan efek domino mulai dari penghambatan perusakan ozon dari karbon, lalu karena listrik padam otomatis ini akan membatu pemerintah dalam bahan bakar dari batu bara, kita ketahui sendiri batu bara merupakan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui otomatis dengan adanya Nyepi eksplor terhadap Bumi bisa berkurang sekian persen, sampai penghambatan pencairan es di kutub karena polusi yang dihasilkan menurun tajam dan panas yang dihasilkan juga turun.
Ya itulah kebanggaan kami mnjadi orang bali yang menjalankan Nyepi, sebuah dedikasi bukan cuma untuk Agama kami tapi juga untuk Alam dan Bumi. 
Slamat berlibur Alam Bali.

Jumat, 01 Maret 2013

AKU ADA DI DALAM KOTA METROPELETAN

Siapa yang harus ku salahkan?
Siapa yang harus ku cari untuk mengeringkan keringat ini?
Siapa yang tau aku merasakan panas dan mendengarr rintihan keringat dan air mata setiap manusia dan alam saat itu?
Siapa yang tau aku ketakutan dan emosiku meluap ditengah kota ini?
Aku terjebak tadi siang ditengah besi-besi yang mengeluarkan asap hitam dan sekutunya.
Aku berada ditengah ribuan ego yang inginkan diri mereka sendiri. 
Kami hanya bisa menjalankan roda ini cm demi cm, dan didepan kami tidak tau kapan cm ini akan berubah menjadi km.
Aku terjebak bersama ribuan mata yang menyaksikan polusi menariria seakan-akan membakar kami.
Kuatku mencoba tuk melawannya, namun ku lihat anak-anak,
keringat membasahi baju mereka, mungkin kaki mereka kuat tuk mengayuh sepeda melewati celah-celah sempit diantara besi yang meraung-raung untuk berjalan.
Kusir-kusir besi itu anesthesia indria, tidak menghiraukan jiwa anak-anak itu, 
ego mereka membutakan mata, berlomba dengan sepeda dan anak-anak demi sebuah celah tuk berjalan, apalah itu mereka nyata tak tau jika bukan dia saja yang merasakan panasnya matahari, asap hitam, debu dan lainnya.
Mungkin anak-anak itu kuat, mungkin bapak tua itu tahan, mungkin nenek tua itu sanggup,
namun aku tau dalam hati mereka juga ada emosi dan jeritan yang ingin mereka keluarkan untuk melawan kemacetan tadi, iya itu tadi siang. 
Jalur hitam yang disebut manusia jalan itu seolah-olah menjadi panggung penyiksaan manusia dari alam yang telah merusaknya, yang telah menyianyiakan kebaikannya.
Alam murka kutemukan tadi siang disepanjang jalan itu.
Ini akan terus terjadi, mulai hari ini kita akan mewariskan kelam ini kepada anak cucu kita.
Tidak ada yang bisa kita banggakan memang, karena kebanggaan akan kota ini telah tenggelam seiring bergantinya angka dikalender,
Seiring nafsu kita untuk membunuh alam ini.
Kota ini memang tidak seperti dulu lagi,
Udaranya telah termakan polusi
Pohon-pohonnya telah tua rapuh tuk melawan ego manusia
Airnya yang segar kini hangat membiru
Aroma air perkotaan yang begitu khas, siapapun bisa menemukannya,
Kota ini sudah seperti djakarta, metropolitan?
Bukan, Meropeletan!

Dhebot*